Pernah ga sih kita merasa kok aku sudah sholat, tetapi masih gini – gini aja? Atau pernah merasa sudah sholat tapi tidak memberikan efek apa – apa?
Tapi diluar itu… Ada loh orang yang bisa merasakan efek dari sholat, efek dari sedekah, efek dari baca Al-Qur’an tetapi kok kita ngga ya?
Nah, gimana tuh? Coba deh kita perhatikan juga apa sih yang membedakan Rasulullah dengan kita? Kalau ditanya beda jelas beda ya.. Tapi kok bisa ya Rasulullah sholat bisa sekhusyuk itu, bisa nangis sejadi -jadinya, kok bisa ya hidup Rasulullah berkah banget, kenapa ya?
Ternyata, salah satu hal yang sering Rasulullah lakukan ketika melakukan segala sesuatu adalah mindfullness. Apa itu mindfullness? Mindfullness adalah perasaan sadar, menghadirkan hati dan all out ketika mengerjakan sesuatu. Contohnya seperti sholat kenapa ya lagi sholat kok tetiba malah teringat hal lain, jodoh misalnya #eh atau lagi sholat malah mikirin tugas yang belum selesai. Itu semua karena kita tidak menghadirkan hati kita sepenuhnya menghadap Allah, mungkin raga ini ada diatas sajadah tetapi jiwa kita melayang – layang entah kemana.
Ternyata pula sikap kita yang tidak mindfullness itu tidak hanya terjadi saat beribadah saja loh. Bisa juga terjadi dikegiatan kita sehari – hari yang bisa jadi itu menjadi alasan mengapa tugas yang kita lakukan atau pekerjaan yang kita lakukan tidak maksimal dan sering tertunda. Contoh : Seharusnya kita bisa mengerjakan suatu pekerjaan A dalam waktu satu jam, tetapi karena kita malas mengerjakan tugas tersebut, tidak menghadirkan hati kita saat mengerjakan tugas tsb, tidak all out atau tidak maksimal dalam mengerjakannya akibatnya tugas yang seharusnya selesai dalam waktu 1 jam malah terselesaikan dalam waktu 3 jam karena disambi main hape juga.
Terus gimana sih caranya biar kita terlatih mindfulness dalam hal ibadah dan hal lain?
1. Terapkan “mindfullness di setiap saat kita melakukan sesuatu, libatkan Allah di setiap waktu dan bisa dilakukan dari hal kecil. Contohnya ketika kita makan, coba tanamkan dalam diri “Wah Alhamdulillah hari ini bisa makan, dengan makan ini aku bisa lebih semangat dan berenergi untuk beribadah kepada Allah dan bisa bekerja lebih baik ” atau ketika bekerja ” Alhamdulillah pekerjaanku banyak, berarti aku dipercayakan oleh atasanku untuk mengerjakan ini semua, semoga dengan pekerjaan yang banyak ini bisa menjadi ibadah dan semakin berkah serta sukses untuk perusahaanku” dan hal lainnya.
2. Mindset reward dan punishment. Masih ingat tidak sewaktu kita kecil, sometimes orang tua kita memberikan kitaa reward ketika kita melakukan sesuatu, misalnya kita akan diberi uang THR ketika kita bisa puasa full 30 hari. Disisi lain sebetulnya hal ini baik karena bisa memotivasi kita, tetapi kika mindset ini terbawa terus sepanjang kita dewasa akan menjadi mindset yang salah, seolah kita melakukan kebaikan karena suatu sebab. Padahal didalam surat Al Isra ayat 7 yang artinya Kurang lebih seperti ini “jika kamu berbuat baik maka itu untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat maka itu juga untuk dirimu juga”. Berbuat baik adalah investasi paling keren untuk diri sendiri, yang namanya investasi kita tidak tau kapan keuntungan itu akan datang tetapi kita yakin bahwa saat berinvestasi itu membuat keadaan financial bisa berkembang.
Sama seperti kebaikan yang kita lakukan, itu adalah momen momen kita berkembang. Dengan melakukan kebaikan, kebaikan itu menjadi bermakna dan berefek karena kita melakukan kebaikan itu bukan karena hal lain, kita melakukan kebaikan karena untuk kita sendiri. Untuk menjadi baik pastinya ada dorongan yang kuat, dan tidak ada kekuatan yang lebih kuat dari kekuatan internal diri kita sendiri. Jika kita kuat pasti kita ga akan hancur. Karena orang yang cepat jatuh biasanya internalnya tidak kuat.
Point mindfulness tadi sangat berkorelasi dengan hal yang sering kita dengar, yaitu produktivitas. Orang yang mindfullness bisa mengerjakan hal yang tertata yang bisa membuat mereka mengerjakan banyak hal. Energi,fokus, waktu dan mengerjakan hal – hal yang bermanfaat adalah poin – poin yang bisa bikin kita produktif.
Apakah produktif sama dengan sibuk?
Awalnya aku adalah penganut paham bahwa produktif itu sama dengan sibuk atau bisa dikatakan bahwa orang yang sibuk itu adalah orang yang hidupnya produktif sekali. Ternyata setelah aku mengikuti kelas mentoring pada hari ini, aku dengan tegas mengatakan bahwa aku keluar dar paham tersebut. Jadi produktif itu tidak sama dengan sibuk ya teman – teman..
Orang yang produktif itu adalah orang yang punya waktu, bisa melakukan hal tepat waktu dan bisa “me time” yang artinya semua balance. Kenapa? Karena dia bisa mengatur waktunya sehingga semua hal bisa dia kerjakan sampai kebutuhan dan kewajiban pribadinya pun terpenuhi.
Lalu apa bedanya dengan orang sibuk?
Orang sibuk adalah orang yang kalang kabut dan tidak bisa mengatur waktu. Apakah ada orang yang sibuk banget sampai lupa menyapa keluarganya? Ada. Apakah ada orang yang sibuk sampai lupa makan dan jatuh sakit? Ada. Itu artinya dia tidak bisa mengatur waktu. Karena produktif adalah ketika kita bisa melakukan pilihan pilihan cerdas setiap harinya. Terus kenapa ya, Islam tuh sudah banyak banget mengatur banyak kebaikan tetapi kok masih bisa aja ya kita tidak produktif?
1. Menghilangkan tujuan akhir
Kita suka lupa tentang tujuan akhir kita mau apa, mau kemana dan mau bagaimana. Bahkan bisa jadi kita lupa kalau kita punya tujuan. Hidup kita adalah sebagai hamba Allah yang memiliki tujuan yang lebih tinggi daripada tujuan tujuan dunia untuk menyeimbangkan beberapa peran. Tujuannya itu tetap satu, menuju Allah. Maka dari itu yuk kita coba dalam setiap hal, tanyakan pada diri sendiri ” Ya Allah apakah jika aku melakukan ini Engkau suka Ya Allah? Apakah Engkau ridha Ya Allah? ”
2. Value
Iyaps! Value – value Islam. Ketika seorang Muslim sadar penuh dalam menerima value – value Islam akan melakukan kebaikan. Tetapi kenapa ya terkadang kita belum bisa menerapkan value Islam dalam kehidupan sehari – hari? Itu karena kita belum Ihsan atau dalam kata lain kita belum bisa merasakan diawasi oleh Allah. Jika kita bisa melakukan demikian Insya Allah, kita bisa menerapkan value – value Islan dan bisa terinternalisasi kedalam hidup kita.
3. Jiwa
Jiwa kalau tidak dipupuk akan menjadi kering. Dipupuk dengan apa? Dengan amalan – amalan kita, ibadah – ibadah kita. Bagaimana menjaga jiwa ini agar tidak kerontang adalah tanggung jawab kita, karena ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa “Setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri” jadi bagaimana keadaan jiwa kita ini adalah hasil dari “pimpinan ” diri kita sendiri
Ada juga hal – hal yang mempengaruhi keadaan jiwa kita yang sebetulnya ini adalah kesalahan konsep Islam yang harus dibenarkan :
1. Konservatif
Konservatif yang artinya hanya melulu mikirin akhirat dan melupakan dunia. Padahal dengan apa yang kita lakukan di dunia ini bisa jadi jalan kita menuju ke akhirat. Masih ingat cerita Abdurrahman bin Auf sang entrepreneur yang menginfakkan semua hartanya dijalan Allah. Atau masih ingat cerita Utsman bin Affan yang membeli sumur dari seorang Yahudi untuk sumber air minum para muslim yang membuthkan air yang bahkan sumurnya masih ada sampai sekarang. Mereka tidak mungkin melupakan dunia karena keberadaan kita di dunia ini menjadi salah satu jalan kita menuju akhirat.
2. “Berdoa aja, nanti juga semua baik – baik saja”. Sebetulnya pernyataan ini baik, tetapi yang salah adalah orang yang hanya menganggap keajaiban akan datang hanyaa karena kita berdoa tetapi kita kan juga harus berusaha dan bekerja keras juga. 3. “Kalau kamu sulit, sabar aja” . Kalau sabarnya pasif itu yang tidak boleh, sabar aja tanpa melakukan apa – apa. Tapi bagaimana kita membuat sabar kita itu menjadi sabar aktif yaitu seperti tumbuhan kaktus (sabbar) dia bisa tumbuh berkembang dan menghasilkan walaupun berada di tempat yang kering. 4. “Gausah repot – repot berusahan, takdir kita kan sudah tertulis”. Mungkin kita harus belajar lagi tentang konsep Qada dan Qadar. Allah menakdirkan kita untuk mendengar adzan tetapi memilih segera bangkit untuk sholat adalah pilihan kita.
Jadi ternyata membahas produktivitas itu banyak sekali ya tools nya. Semoga kita terus menjadi pribadi yang pembelajar yaaa.. Sekian dari saya dan pesan – pesan di kelas mentoring yang kedua. Semoga bermanfaat 🙂