Bicara tentang prioritas agaknya memang sangat berat. Kita bisa harus memprioritaskan sesuatu yang penting diatas yang paling penting. Kita harus memilih sesuatu yang mashlahatnya lebih banyak. Tentunya semua itu butuh ilmu.
Dulu sewaktu di Jogja, Ummi sering kali bilang “Ayo nak, prioritas yang paling penting itu apa dulu? Apa iya belajar menjahit tetapi tahsin atau baca Qur’an? Terkadang kita sering lupa menaruh sebuah prioritas, mungkin kita sering berpikir, ini itu suatu hal yang penting, atau “aku itu sudah mengorbankan semuanya” tetapi apakah benar hal – hal yang kita lakukan adalah hal – hal yang benar prioritas?
Terkadang kita sering ngga sadar kalau apa yang kita lakukan ini adalah hal yang belum menjadi prioritas kita. Contoh nya adalah saat kepanitiaan kampus, terutama acara – acara keIslaman atau acara LDK, panitia sangat sibuk memikirkan sholat para peserta tetapi sholat mereka sendiri saja mereka terlupa karena terlalu banyak rapat evaluasi. Betapa banyak dari kita yang sangat memikirkan orang lain sampai – sampai dzolim terhadap diri sendiri.
Iya, dzolim terhadap diri sendiri. Terlalu memikirkan orang lain tetapi lupa dengan diri sendiri. Sibuk mengurusi Qur’an orang lain tetapi bacaan Qur’an sendiri masih terbata – bata. Sebetulnya boleh, tetapi kita harus tau batasan mana sih yang harus diprioritaskan karena sesuatu yang tidak penting tidak didahulukan diatas yang penting.
Ternyata memang, semua ilmu itu ada nilai dan derajatnya yang berbeda. Jaman dahulu pun , para sahabat Nabi seringkali bertanya kepada Rosulullah kira – kira amalan apakah sih yang paling tinggi untuk diamalkan? atau apakah amalan yang paling mulia untuk dikerjakan. Dan ternyata jawaban Rosulullah adalah berbeda untuk setiap orangnya, karena apa? Karena memang prioritas setiap orang itu berbeda.
Kenapa ada orang yang berlomba – lomba memperbagus Masjid daripada membantu umat muslim yang sedang kelaparan? Seperti Orang yang sedang di Palestina, Rohingya dll
Kenapa yaa masalah valentine dan natal masiiih aja menjadi pokok bahasan , padahal itu ada beberapa cabang yang furu’ yang mana masih ada masalah – masalah yang lebih urgent untuk dibahas.
So, Bagaimana kita bisa menentukan ini prioritas atau bukan adalah bagaimana kita melihat diri kita, apakah saya sudah cukup di bagian sini? Dibagian mana saya kurangnya? Kemudian kita bisa menentukan dimana kita bisa menambal kekurangan – kekurangan kita atau menentukan hal apa yang terlebih dahulu akan kita lakukan.