” Aaaaa aku belum ngerjain tugas, kemaren seharian aku capek banget habis pergi ke suatu tempat terus habis itu kerja part time” Meanwhile , dia masih bisa banget nonton drama di hari itu, dia masih bisa meluangkan waktunya untuk nongkrong bersama temannya dan segudang kegiatan yang seharusnya dia bisa lakukan untuk mengerjakan tugas dia itu.
Excuse, excuse dan excuse! sudah seberapa sering kita mengeluh, merasa paling capek, selalu mencari – mencari alasan untuk tidak mengerjakan suatu hal, padahal ada lho orang yang bisa mengerjakan tugas dengan baik, bisa bekerja dihari yang sama, masih bisa mengajar, masih bisa beres – beres rumah dll lagi – lagi hal ini berkaitan dengan manajemen waktu, mindfullness dan satu lagi, daya juang 🙂
Seberapa keras daya juang kita bisa terlihat dari niat kita mengerjakan suatu hal, bagaimana interest kita terhadap hal tersebut. Mengapa ya, dijaman sekarang banyak sekali orang yang mudah menyerah, mudah galau, daya juangnya rendah , mudah putus asa dan sering merasa geer kalau ujian hidupnya adalah ujian terberatnya. Padahal banyak sekali orang yang keterbatasannya lebih banyak daripada kita justru mempunyai daya juang yang lebih tinggi, lebih besar dan tidak pernah mengeluh.
Imam Bukhari namanya, siapa yang tidak tahu beliau? Karya beliau sampai sekarang masih terkenal dan masih terus membawa manfaat. Tapi siapa yang tahu bahwa dibalik karya beliau ada daya juang yang tinggi saat beliau menuliskan dan mengumpulkan hadits dimasa itu. Beliau menempuh perjalanan yang sangat panjang, dari satu tempat ke tempat yang lain itu memastikan keshahihan hadits yang nantinya akan beliau bukukan menjadi sebuah karya. Kebayang kan dimasa itu? Panas, kendaraan hanya kuda dan unta tetapi beliau sebegitu keren dan semangatnya untuk berkarya. Sedangkan kita? diberi kemudahan berupa laptop dan kendaraan saja masih mengeluh.
Menghapal Qur’an, Sering ga sih kita cepat menyerah dalam menghapal Quran? Baru satu ayat aja merasa susah banget terus menyerah, padahal Umar bin Khattab, Menghapal Quran bertahun – tahun lamanya yang tidak secepat sahabat lainnya. Kenapa ya kita harus ngga sabaran dalam menerima hidayahnya Allah? hmmm…
Aku jadi teringat masa itu, sewaktu aku di Jogja aku pernah membersamai nenek – nenek dan ibu – ibu belajar membaca Iqro dan Al Quran. Betapa aku kadang tidak sabar mengajar mereka, dengan usia yang sudah renta dan susah pelafalannya kadang membuatku sedikit tidak sabar mengajari beliau – beliau ini. Tetapi segera aku hempaskan pikiran – pikiran itu, aku sering mengobrol dengan beliau – beliau dan semangatnya belajar Al Quran sangat membuatku malu, kalau mereka saja yang usianya sudah tidak muda lagi tetap semangat belajar membaca Al Quran, lantas apa kabar kita yang masih diberi kesehatan, tenaga, waktu dan energi tetapi masih tidak mau belajar membaca Al Quran? Cerita ini mirip dengan cerita yang diceritakan oleh Teh Juan hari ini, jadi ada seorang kakek – kakek mungkin usianya sekitar 80 tahun. Kakek tersebut sedang menghapal Al Quran karena beliau ingin sekali menjadi hafidz, suatu saat, Kakek tersebut bertanya kepada seorang ustadz,
” Ustadz, saya tidak tau umur saya sampai kapan dan saya tidak tau umur saya sampai atau tidak untuk bisa menghapal Al Quran. Tapi tidak apa – apa jika saya belum bisa menjadi orang yang menghapal Al Quran, tapi setidaknya jika saya meninggal nanti saya dalam keadaan sedang menghapal Al Quran”. Ternyata kakek itu meninggal dalam keadaan sudah menghapal Qur’an. Masya Allah :’)
Kok kita kalah sih :’) semangatnya dan daya juangnya .
Ubaid bin Yairsi , ulama yang tidak pernah makan dengan tangannya sendiri selama 30 tahun. Selama 30 tahun tersebut, beliau makan disuapi oleh adik perempuannya. Kenapa? karena beliau sibuk menyalin dan menulis hadits – haditsnya, karya – karyanya. Betapa beliau sangat memakai waktunya untuk hal – hal yang baik – baik :’)
Imam Al Baghdid, ulama yang walaupun dalam keadaan berjalan sekalipun , ia masih belajar. Sebegitunya ya para ulama – ulama jaman dahulu, mereka tidak mau waktunya berkurang, setiap detiknya dengan segala tantangan yang pastinya ada keterbatasannya yang semua mereka jadikan lecutan untuk menjadi lebih baik.
Abu Abdillah, pada saat musim panas beliau berendam di air dingin untuk tetap menulis agar menjaga suhu tubuh beliau tetap adem.
Ibnu Manzur, yang selalu menulis malam – malam dan meletakkan wadah yang berisi air disebelahnya agar tetap bisa menulis dan jika saat beliau mengantuk, beliau langsung mencuci wajahnya dari wadah air tersebut.
Abu saad ad sama’ani, 10 jari tangannya diamputasi , namun beliau tetap menulis menggunakan telapak tangannya dan dibantu dengan kakinya agar tetap bisa menulis.
See, betapa hebatnya ulama – ulama jaman dahulu. Sepertinya selama ini kita salah memilih idol, mungkin kita sering mengidolakan orang – orang yang tidak memberikan manfaat atau kebaikan kepada kita. Padahal, kata Ummi…
“Seharusnya kita tuh mengidolakan orang – orang jaman dahulu yang sudah meninggal dek…Kenapa? karena orang – orang yang meninggal dan meninggalnya husnul khatimah usdah terlihat dia orang baik dan bisa dijadikan contoh”
Hmmm, iya juga yaaa. Mungkin kita sering berpikir, “Ah pantesan lah mereka bisa, mereka orang – orang keren jaman dahulu , mereka kan ulama godaannya sedikit dll”
Kata Ummi lagi, “Kita ga boleh ngomong seperti itu dek, nanti kita tidak menjadi orang yang berkembang, bakal menjadi orang yang stuck terus”
Apa yang salah dengan kita? Kita sudah diberi kemudahan, tetapi kenapa kita belum mampu produktif berkarya. Kenapa kita masih malas – malasan, rebahan? Padahal kita belum tahu bagaimana masa depan kita nanti. Selama masih bisa kita lakukan, ya lakukanlah! Tetap berjuang karena kita gatau kapan Allah ambil nyawa kita, padahal kita mah belum ngapa – ngapain. Ayo lakukanlah secara Ihsan, yaitu melakukan segala sesuatu seolah – olah Allah lagi ngeliatin kita.
Sugesti diri dengan kalimat positif terus, :
“Ayo Tika, kamu pasti bisa! Allah kan lagi ngeliatin usaha kamu tuh! Semangat jadi orang baik ya, semangat menolong orang ya, selalu senyum ya, jadi orang yang sabar, baik, dan jangan mudah menyerah apalagi mengeluh. Jangan mengiyakan godaan setan loh! Pasti bisa, bisa banget kok! Please jangan menyerah sama mimpi! Semua hanya butuh komitmen dan kemauan. Ayo semangat belajar Bahasa Inggris nya dan nanti bisa ngajarin Muslimah bahasa Inggris dan bisa berdakwah pakai Bahasa Inggris ke seluruh dunia. Aamiin”
Kita tuh, gatau amal mana yang akan membawa kita ke surga. Selalu lakukan yang Allah suka. Terus bagaimana caranya agar tau yang Allah suka? Dengan belajar dan memahami apa sih yang Allah suka. Semoga apa pun yang tergerak itu karena iman. Selalu tunjukkan yuk bukti cinta kita ke Allah..
“Ya Allah aku mau jadi orang baik , supaya Engkau suka
Ya Allah aku ingin belajar pokoknya biar ini menjadi saksi kalau aku tuh bener – bener mencintaiMu 😉
Ada perjuangan dan pengorbanan itulah bukti cinta. Kita sudah seberjuang apa? sudah seberkorban apa?
Ayok semangat! Karena saat Allah pun menakdirkan kita suatu hal, pasti Allah akan mampukan kita untuk menjalaninya. Percayalah! 😉